A Journal of Tasya Wahid Wenn Sie zu den Besten gehören wollen, dann tun Sie am besten

Wednesday, 27 September 2017

GEA'S JOURNEY 2

           Gea menghempaskan tubuhnya di kasur, menerawang ke langit langit kamarnya. Ia masih belum bisa mengingat siapa sebenarnya orang yang tiba tiba menyapa di kafe. Mengapa orang itu bersikap seolah olah telah mengenalnya. "Huft, mungkin aja dia salah orang. Aku benar benar tak ingat." Pikirnya.
           Tiba tiba handphone nya berdering. Ternyata merry menelfon. Dengan cepat Gea bangun dan meraih handphone. "Geaaa, nanti malam makan bareng yuk. Aku diajak makan malem sama senior, tapi gak enak kalau cuma berdua, jadi dia ngajak satu orang temennya. Mereka berdua ganteng kok tenang aja, hehe. Mau ikut ga ?". "Hmm, boleh juga, ini kali pertamaku jalan bareng senior. Pasti menyenangkan bisa bertukar pengalaman dengan mereka." ucap Gea dalam hati sambil tersenyum. "Emm..Hallo? Geaaa?" suara Merry menghentikan lamunan nya. "Iya, mer. Aku mau kok. Jam berapa ya?"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
           "Makasih ya kak vino, hati - hati di jalan." ucap Gea setelah turun dari mobil. "Iyaa sama sama Ge, btw panggil gue vino aja ya. Makasih juga udah mau gabung sama kita kita tadi. Jangan kapok yaa hahaha." balas Vino sambil tersenyum lebar hingga terlihat deretan giginya yang rapih.  
          Mobil Ford putih itu pun melaju perlahan dan menghilang di ujung tikungan, meninggalkan Gea yang masih saja tersenyum simpul. Mood nya sedang sangat baik setelah pertemuan tadi. Bukan, bukan karena itu kali pertamanya jalan bareng senior, bukan juga karena Vino yang tampan atau Dedy yang super humoris. Hal yang membuatnya seperti ini adalah pertemuan kedua secara tidak disengaja dengan pria misterius yang ia jumpai di cafe sore tadi. Sekarang ia sudah ingat siapa sejatinya pria itu, kenangan indah masa lalunya yang sempat hilang. Pria itu adalah Brian, si kelinci, teman masa kecilnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
           Sekarang Gea ingat semuanya, ia masih ingat terakhir kali mereka bersama. Pagi hari di taman dekat rumahnya sekitar 10 tahun lalu. Brian mengenakan kemeja biru lengkap dengan dasi kupu - kupu merah serta celana pendek warna coklat, berdiri memandangi Gea yang baru saja tiba. "Kamu selalu telat, bukannya aku memintamu datang jam 9?", ucap Brian. Kemudian ia mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kotak kecil merah jambu, terdapat pita kecil yang mengikat kotak itu agar tidak terbuka. 
"Apa itu? Hadiah untukku? Aku tidak sedang ulang tahun hari ini, rabbit."
"Ambil dan buka saat kamu tiba di rumah. Aku pergi dulu sebelum wanita galak itu menemukanku. sampai jumpa dilain waktu, Ge."
         Gea merasa bingung sekali. Seperti ada yang aneh, raut wajah si kelinci terlihat sedih meskipun ia sudah berusaha menutupi dengan cengiran khasnya yang memperlihatkan gigi kelinci yang manis itu. Ya benar, gigi kelinci itulah yang membuat Gea memanggil Brian dengan julukan si kelinci selain karena Brian memang hobi berloncat loncat kemana saja saat mereka bersama.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
          "Tunggu aku kembali, Gea."
          Seperti itulah akhir surat yang ada dalam kotak merah jambu dari si kelinci. Gea tersentak ketika butiran air mata tiba tiba jatuh ke surat itu. Segera ia mengeringkan surat itu dengan menggosokkan ke rok motif bunga bunganya. Ia masih tidak percaya jika pertemuannya tadi adalah pertemuan terakhirnya dengan teman, bisa dibilang sahabat, paling dekat dengan dirinya. Rasanya ia ingin marah dan menemui si kelinci, namun hanyalah air mata yang terus mengalir sejak tadi. Tidak ada yang bisa ia lakukan saat ini.
          "Saat kamu membaca surat ini, dapat dipastikan aku sudah dalam perjalanan ke bandara. Aku akan tiba di Australia sore nanti." tulis Brian dalam suratnya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
          Dan sekarang ia menepati janjinya. Ia benar benar kembali.




TO BE CONTINUED.............................