Part 1 . Coffee and a slice of tiramisu cake
Udara sangat
dingin pagi itu. Sinar matahari terlihat masih enggan menunjukkan diri di balik
kabut tebal. Keadaan yang sangat mendukung untuk kembali meringkuk di atas
kasur yang tingkat kenyamanannya menjadi naik berkali lipat. Tapi hal itu tidak
dilakukan oleh Gea, hari ini adalah hari yang ia tunggu. Hari pertamanya masuk
kuliah, setelah melewati tiga hari ospek yang sangat menegangkan dan melelahkan.
Tapi itu tak akan ia biarkan terjadi hari ini. Gea mempunyai segudang harapan
baik untuk hari ini.
Masih dua
jam sebelum kelas pertamanya, namun Gea sudah bergegas menuju kampus. Sebenarnya
jarak kampus dan rumah kost – kostan nya tidak terlampau jauh, hanya
membutuhkan waktu sepuluh menit dengan jalan kaki. Ia mengenakan blouse putih
dan celana hitam, serta sepatu berbahan denim berwarna biru. Wajahnya dihiasi
dengan senyuman bahagia, mencerminkan suasana hatinya. Sepanjang jalan, ia
melihat kendaraan bermotor serta sepeda yang berlalu lalang dengan tertib. Tidak
ada kemacetan, udara masih segar, kabut tipis yang dingin, trotoar yang bersih,
angin yang berhembus lembut meniup helai rambutnya. Ia jatuh cinta pada kota
ini, kota yang baru ia tinggali selama kurang dari seminggu.
Sesampainya
di kampus, Gea bertemu dengan Merry, teman yang ia kenal saat hari pertama
ospek. Merry sangat cantik dan mempesona, baru beberapa hari saja, ia sudah
memiliki penggemar di kampus. Mulai dari teman seangkatan, kakak senior, hingga
tukang parkir kampus. Aura bintang memancar dari dirinya, tak sedikit kakak
senior wanita yang merasa terusik dengan kehadirannya di kampus. Gea dan Merry
bergegas menuju ruang kelas, sepanjang perjalanan itu tak ada habisnya orang –
orang menyapa Merry. Gea yang berjalan berdampingan dengan Merry menjadi
sedikit kikuk dibuatnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Kelas pertama
telah usai, ada waktu senggang sekitar 3 jam untuk kelas berikutnya. Gea dan
Merry memutuskan untuk pergi ke salah satu cafe dekat kampus untuk minum kopi
dan makan siang. Di tengah perjalanan
mereka bertemu dengan Rikcy, senior yang sempat mengajak Merry berkenalan saat ospek. Ia terlihat sudah
cukup akrab dengan Merry dan kemudian berbicara sedikit mengenai project yang
akan dilakukannya. Ia mengajak Merry untuk ikut dalam project tersebut. Gea dan
Merry beradu pandang, tampak sekali bahwa Merry ingin menerima ajakan Ricky
namun dia merasa tak enak hati membatalkan rencana awalnya bersama Gea. Diluar dugaan
Merry, Gea tersenyum dan mengatakan dirinya baik – baik saja pergi ke cafe
sendirian.
Setibanya
di cafe, Gea langsung memesan coffee latte dan satu slice cake tiramisu
favoritnya lalu mencari tempat ternyaman di cafe itu. Sebuah meja kecil dengan
dua kursi di pojok cafe dengan jendela kaca besar yang membuat sinar menerangi
sudut itu secara maksimal. Alunan musik yang lembut menambah kenyamanan cafe
itu, dan kini Gea tengah larut dalam novel yang sengaja ia bawa tadi pagi.
“Hello,
apa kabar? Kamu yang tadi ikut kelas Prof.Rudy kan?” ucap seorang pria yang
langsung menduduki kursi tepat di hadapan Gea. “Hello, kenalin aku Brian, kita
sekelas tadi.” Lanjut pria itu seraya tersenyum. Gea masih terdiam memandangnya
hingga ia mengibaskan tangan di depan wajah Gea. “Oh, hai, sorry tadi lagi asik
baca buku jadinya rada lama ngeh nya.” Ucap Gea secara tiba – tiba lalu ia tersenyum
malu. “ Ya, tadi aku ikut kelas itu, wah jadi kita sekelas” lanjut Gea, masih
dengan senyumannya. “Kamu gak inget ya sama aku?” tanya Brian setelah mendengar
jawaban Gea tadi. “Engggg...”
~~~To Be Continued~~~