A Journal of Tasya Wahid Wenn Sie zu den Besten gehören wollen, dann tun Sie am besten

Friday, 17 March 2017

GEA'S JOURNEY 1

Part 1 . Coffee and a slice of tiramisu cake

                Udara sangat dingin pagi itu. Sinar matahari terlihat masih enggan menunjukkan diri di balik kabut tebal. Keadaan yang sangat mendukung untuk kembali meringkuk di atas kasur yang tingkat kenyamanannya menjadi naik berkali lipat. Tapi hal itu tidak dilakukan oleh Gea, hari ini adalah hari yang ia tunggu. Hari pertamanya masuk kuliah, setelah melewati tiga hari ospek yang sangat menegangkan dan melelahkan. Tapi itu tak akan ia biarkan terjadi hari ini. Gea mempunyai segudang harapan baik untuk hari ini.

                Masih dua jam sebelum kelas pertamanya, namun Gea sudah bergegas menuju kampus. Sebenarnya jarak kampus dan rumah kost – kostan nya tidak terlampau jauh, hanya membutuhkan waktu sepuluh menit dengan jalan kaki. Ia mengenakan blouse putih dan celana hitam, serta sepatu berbahan denim berwarna biru. Wajahnya dihiasi dengan senyuman bahagia, mencerminkan suasana hatinya. Sepanjang jalan, ia melihat kendaraan bermotor serta sepeda yang berlalu lalang dengan tertib. Tidak ada kemacetan, udara masih segar, kabut tipis yang dingin, trotoar yang bersih, angin yang berhembus lembut meniup helai rambutnya. Ia jatuh cinta pada kota ini, kota yang baru ia tinggali selama kurang dari seminggu.

                Sesampainya di kampus, Gea bertemu dengan Merry, teman yang ia kenal saat hari pertama ospek. Merry sangat cantik dan mempesona, baru beberapa hari saja, ia sudah memiliki penggemar di kampus. Mulai dari teman seangkatan, kakak senior, hingga tukang parkir kampus. Aura bintang memancar dari dirinya, tak sedikit kakak senior wanita yang merasa terusik dengan kehadirannya di kampus. Gea dan Merry bergegas menuju ruang kelas, sepanjang perjalanan itu tak ada habisnya orang – orang menyapa Merry. Gea yang berjalan berdampingan dengan Merry menjadi sedikit kikuk dibuatnya.

                ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

                Kelas pertama telah usai, ada waktu senggang sekitar 3 jam untuk kelas berikutnya. Gea dan Merry memutuskan untuk pergi ke salah satu cafe dekat kampus untuk minum kopi dan makan siang.  Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan Rikcy, senior yang sempat mengajak Merry  berkenalan saat ospek. Ia terlihat sudah cukup akrab dengan Merry dan kemudian berbicara sedikit mengenai project yang akan dilakukannya. Ia mengajak Merry untuk ikut dalam project tersebut. Gea dan Merry beradu pandang, tampak sekali bahwa Merry ingin menerima ajakan Ricky namun dia merasa tak enak hati membatalkan rencana awalnya bersama Gea. Diluar dugaan Merry, Gea tersenyum dan mengatakan dirinya baik – baik saja pergi ke cafe sendirian.

                Setibanya di cafe, Gea langsung memesan coffee latte dan satu slice cake tiramisu favoritnya lalu mencari tempat ternyaman di cafe itu. Sebuah meja kecil dengan dua kursi di pojok cafe dengan jendela kaca besar yang membuat sinar menerangi sudut itu secara maksimal. Alunan musik yang lembut menambah kenyamanan cafe itu, dan kini Gea tengah larut dalam novel yang sengaja ia bawa tadi pagi.


                “Hello, apa kabar? Kamu yang tadi ikut kelas Prof.Rudy kan?” ucap seorang pria yang langsung menduduki kursi tepat di hadapan Gea. “Hello, kenalin aku Brian, kita sekelas tadi.” Lanjut pria itu seraya tersenyum. Gea masih terdiam memandangnya hingga ia mengibaskan tangan di depan wajah Gea. “Oh, hai, sorry tadi lagi asik baca buku jadinya rada lama ngeh nya.” Ucap Gea secara tiba – tiba lalu ia tersenyum malu. “ Ya, tadi aku ikut kelas itu, wah jadi kita sekelas” lanjut Gea, masih dengan senyumannya. “Kamu gak inget ya sama aku?” tanya Brian setelah mendengar jawaban Gea tadi. “Engggg...”

~~~To Be Continued~~~